........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Senin, 20 April 2009

Produksi Surplus, Masih Dipasok Beras dari Luar

Produksi Surplus, Masih Dipasok Beras dari Luar

NUNUKAN - Surplus beras di Kabupaten Nunukan ternyata belum menjamin kebutuhan beras di kota Nunukan. Menurut data luas panen dan produksi padi yang terkumpul mulai 2005 sampai 2008, surplus padi setelah dikurangi konsumsi penduduk di Kabupaten Nunukan mencapai rata-rata 19.351 ton GKP (Gabah Kering Panen) per tahun, atau setara dengan 11.610 ton beras per tahun.

Kepala Bidang Ketahanan Pangan di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah Nunukan Dian Kusumanto mengungkapkan, kelebihan produksi itu ada di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan yang mencapai 21.292 ton GKP.

“Namun pada kenyataannya, kelebihan produksi di dua Krayan ini tidak terakses ke kota Nunukan. Hanya sebagian kecil saja yang dibawa untuk oleh-oleh atau suvenir dan bukan sebagai barang komoditi yang diperdagangkan secara massal,” terangnya.

Dengan penduduk Kabupaten Nunukan yang mencapai 129.011 jiwa pada 2008, konsumsi beras dalam setahun mencapai 18.062 ton atau setara dengan GKP 30.103 ton. Angka tersebut dihitung berdasarkan asumsi konsumsi beras 140 kilogram/jiwa/tahun dan nilai konversi GKP ke beras sebesar 60 persen.

Ditambahkan, dari 8 kecamatan di Nunukan, ada dua kecamatan yang mengalami angka ketersediaan padi (beras) minus, yakni Kecamatan Nunukan minus 7.655 ton GKP/tahun dan Kecamatan Sebuku mengalami minus 970 ton GKP/tahun. 

“Artinya di Sebuku dan Nunukan terjadi defisit ketersediaan sebesar 8.625 ton GKP/tahun atau setara dengan beras sebesar 5.175 ton beras/tahun atau 431 ton beras per bulan,” katanya.

Tentu saja kekurangan ini tidak dapat disuplai dari kelebihan di 2 kecamatan di Krayan. Kekurangan beras di Kecamatan Sebuku sebenarnya bisa dicukupi dari kelebihan produksi di Lumbis dan Sembakung, tapi nyatanya Sebuku masih sangat tergantung suplai beras dari para pedagang di Kota Nunukan.  

Kecamatan Nunukan dengan penduduk sebesar 55.701 jiwa memerlukan beras sekitar 7.798 ton per tahun atau setara dengan padi atau gabah sebesar 12.997 ton GKP/tahun. Dengan produksi padi sekitar 5.342 ton GKP/ tahun setara dengan beras 3.205 ton/tahun. “Maka kekurangan Kecamatan Nunukan masih sekitar 4.593 ton beras per tahun atau sebesar 383 ton beras per bulan,” jelasnya.

Ia menambahkan, maka wajar saja kalau dari 12 pedagang beras yang ada di Kota Nunukan mendatangkan beras rata-rata 300 ton per bulan atau dalam setahun pasokan pedagang mencapai 3.600 ton beras. “Dari angka itu dapat disimpulkan, pasokan beras lokal untuk menutupi kekurangan beras di Kecamatan Sebuku dan Nunukan hanya sebesar 131 ton per bulan atau 1.572 ton beras per tahun yang dipasok dari Kecamatan Sebatik, Sebatik Barat, Sembakung dan Lumbis,” imbuhnya.

Ketergantungan pasokan dari luar daerah, katanya, bisa dikurangi jika produksi padi selalu mencapai surplus. “Makanya upaya-upaya untuk peningkatan produksi padi harus terus menerus dilakukan. Seperti cetak sawah baru dan intensifikasi yang dilakukan dengan perbaikan mutu benih, pemupukan yang berimbang dan panca usaha tani lainnya,” terangnya.  

Selain itu, perlu terus berupaya menekan adanya alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah seperti jalan, perumahan, dan lain-lain, atau bahkan menjadi kebun kelapa sawit. “Kalau tidak diwaspadai, maka semakin lama akan semakin sedikit luas sawah yang ada dan kita akan semakin tergantung dengan pasokan dari luar daerah,” tegasnya.

Keadaan ini, lanjutnya, akan mengkhawatirkan ketahanan pangan daerah. Apalagi jika pasokan dari luar terputus akibat berbagai hal, seperti transportasi kapal terganggu karena ombak terlalu besar, seperti sekarang ini. Atau kapal-kapal dari Surabaya dan Sulawesi menunda keberangkatannya karena ombak laut terlalu berbahaya. Hal ini akan mengganggu keamanan pangan di Nunukan.

“Kelangkaan beras juga bisa menimbulkan melonjaknya harga di atas rata-rata, karena pemainan para pedagang beras spekulan. Masalah akan semakin besar seandainya daya beli masyarakat menurun dan krisis pangan akan dapat memicu krisis lainnya,” tandasnya. (dew)

SUMBER :  http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=12041

Tidak ada komentar:

Posting Komentar