........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Rabu, 23 Februari 2011

Stok pangan dunia menipis, Indonesia masih aman

Stok pangan dunia menipis, Indonesia masih aman


JAKARTA, kabarbisnis.com:

Stok pangan di pasar internasional (dunia) akan semakin berkurang dan menipis karena negara-negara produsen telah mengambil langkah untuk tidak lagi mengekspor demi untuk mengamankan stok pangan di negaranya sendiri.

Hal ini akibat perubahan iklim, seperti bencana yang terjadi di Australia, India dan Banglades. Negara-negara itu mengalami penurunan produksi pangannya.

Kedepan, barang pangan yang diperdagangkan di pasar internasional semakin kecil sementara permintaan semakin tinggi. Hal ini akan mengakibatkan semakin tingginya harga pangan di pasar internasional.

Tetapi Indonesia di posisi yang tidak terlalu mengkawatirkan karena masih punya lahan yang sangat luas dan berpotensi untuk meningkatkan produksi.

"Tentunya pemanfaatan lahan sangat diperlukan untuk menunjang dalam memperkuat kemandirian pangan," ungkap Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Jumat (28/1/2011).

Menurut dia, ada tiga hal untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Pertama, ketersediaan pangan, kedua, bisa diakses, dan ketiga, distribusi merata kesemua daerah. Tiga hal inilah yang akan memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

Mentan menambahkan, organisasi pangan dunia FAO sudah memberikan warning agar setiap negara diminta untuk menguatkan pangannya. Persoalan ketahanan pangan sudah menjadi isu sentral di setiap negara oleh sebab itu pada setiap pertemuan antar pemimpin dunia selalu membicarakan ketahanan pangan.

Dengan menurunnya produksi pangan di sejumlah negara produsen sehingga mereka mengambil kebijakan tidak mengekspor maka ke depan barang pangan dipasar dunia akan berkurang sementara permintaan semakin meningkat sehingga mengakibatkan menaiknya harga pangan dunia. Hal ini akan berakibat buruk bagi negara yang hasil pangannya dari impor.

Indonesia sendiri akan memanfaatkan lahan secara maksimal guna menunjang kemandirian pangan. Untuk itu ke depan pemerintah akan menambah lahan dengan membuka lahan baru seluas dua juta hektar dan akan meningkatkan produktivitas tanaman melalui pemberian benih unggul yang tahan bencana kekeringan, kebanjiran dan tahan hama. kbc9

Sumber : http://www.kabarbisnis.com/life-style/agribisnis/2817731-Stok_pangan_dunia_menipis__Indonesia_masih_aman.html

Jaga ketahanan pangan, BKP bikin Rumah Hijau

Jaga ketahanan pangan, BKP bikin Rumah Hijau


SURABAYA, kabarbisnis.com:

Upaya mencapai ketahanan pangan lewat program Rumah Hijau di Jatim terus digalakkan. Tahun ini Badan Ketahanan Pangan (BKP) menargetkan bisa membangun Rumah Hijau di 10 kabupaten.

Kepala Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan Jatim, Mustajab, mengatakan, di BKP program Rumah Hijau ini bernama program pemanfaatan pekarangan. “Prinsipnya program pemanfaatan pekarangan sama dengan Rumah Hijau, sehingga realisasinya akan lebih mudah, karena hanya tinggal melanjutkan saja,” tuturnya.

Dia menuturkan, dalam waktu dekat ini pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk realisasi program. Dengan koordinasi yang tepat, maka diharapkan tak ada overlapping antara BKP dan Distan. Untuk kerjasama awal, pihaknya akan berupaya menyinergikan sharing bantuan, seperti bibit tanaman yang akan ditanam. “Jika pertanian mau bantu bibit cabai, maka kami bisa membantu sayur,” katanya.

Guna memaksimalkan pelaksanaannya, kini BKP tengah mengupayakan proses identifikasi 10 kabupaten yang akan dibantu. Ini dilakukan karena tak semua wilayah di 10 daerah itu memiliki potensi tingkat kesuburan lahan tanam. Dengan adanya jenis lahan pekarangan rumah yang berbeda, maka diharapkan bisa mengoptimalkan hasil rumah hijau yang akan dimulai Maret mendatang.

Tahun ini, Pemprov Jatim menargetkan pembangunan Rumah Hijau hingga 80 ribu unit. Rumah hijau diharapkan bisa menjadi alternatif jika sewaktu-waktu harga cabai naik hingga tak terjangkau masyarakat. Selain untu menanam cabai, rumah hijau juga bisa untuk menanam sayur-sayuran agar saat panen bisa dikonsumsi langsung, tanpa perlu lagi beli di pasar.Rumah Hijau adalah wujud konkret untuk antisipasi atas t

Menganai sistem pelaksanaan pembuatannya, Pemprov Jatim akan mengucurkan dana bantuan untuk membangunan rumah hijau pada desa yang dipilih. Setiap desa berhak atas dana kucuran sebesar Rp 1 juta. Setiap kabupaten akan diberi bantuan Rp 10 juta untuk diteruskan pada 10 desa di wilayah kerjanya. Dengan jumlah desa yang akan mendapatkan dana bantuan itu, maka Pemprov akan menyiapkan dana bantuan sekitar Rp 56 miliar. Jika program rumah hijau itu bisa direalisasi dan berhasil, diyakini mampu mengatasi persoalan mahalnya harga cabai akan dapat ditanggulangi mulai empat bulan mendatang secara swadaya. Masyarakat juga tak perlu lagi bergantung cabai dari pasar, cukup dengan ambil tanaman sendiri. kbc4

Sumber : http://www.kabarbisnis.com/life-style/agribisnis/2817884-Jaga_ketahanan_pangan__BKP_bikin_Rumah_Hijau.html


Konsep Rumah Hijau jaga ketahanan pangan


(dok. kabarbisnis.com)

SIDOARJO, kabarbisnis.com:

Konsep Rumah Hijau dengan menyuguhkan pekarangan rumah yang asri akan dipamerkan kepada Presiden RI pada kunjungannya ke Jatim pada Jumat (14/1/2011). Rumah Hijau ini terdapat di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Diharapkan, konsep rumah hijau dapat mengatasi kesulitan pangan yang diakibatkan klimatologi.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jawa Timur, Nina Soekarwo, mengatakan, TP PKK gencar menyosialisasikan pemanfaatan pekarangan rumah menjadi lahan yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan sehari-hari. Ini didasari pada melambungnya sejumlah bahan kebutuhan pangan seperti cabe yang sulit dijangkau oleh masyarakat yang tergolong masyarakat kurang mampu.

“Pada kunjungan Presiden RI, kami akan menunjukkan rumah hijau sebagai salah satu solusi klimatologi yang berimbas pada menurunnya beberapa produksi pangan,” jelasnya.

Nina menambahkan, TPP PKK dalam sosialisasinya mengajari cara pemanfaatan lahan yang ada di pekarangan rumah dengan menanam sejumlah kebutuhan dapur atau pangan seperti cabe, tomat, ketela rambat, terong, dan lainnya. Dengan begitu, mereka dapat memenuhi kebutuhan pangan tanpa harus membeli di luar dan tidak terkena imbas klimatologi.

“Konsep rumah hijau ini merupakan salah satu revitalisasi PKK pada periode 2009-2014. Selain itu, melihat tingginya beberapa kebutuhan pokoknya yang naik secara signifikan, rumah hijau menjadi salah satu solusi yang tepat,” ujarnya.

Nina menjelaskan, selain rumah hijau, TP PKK juga secara aktif melakukan pengoptimalan pencapaian 10 program pokok PKK yakni gotong royong, penghayatan dan pengamalan Pancasila, pangan, sandang, tata laksana rumah tangga, pendidikan dan ketrampilan, kesehatan, pengembangan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, dan perencanaan sehat.

“Tujuan kami yakni memberdayakan keluarga dalam meningkatkan kesejahteraannya secara lahir dan batin. Untuk itu, melalui 10 program pokok PKK, kami yakin hal itu dapat terwujud secara bertahap,” jelasnya. kbc4

Sumber : http://www.kabarbisnis.com/life-style/agribisnis/2817389-Konsep_Rumah_Hijau_jaga_ketahanan_pangan.html

Selasa, 22 Februari 2011

LEPO PADE - Gudang BULOGnya Masyarakat Lundayeh Krayan - Kaltim

Oleh : H. Heru Wihartopo (Koordinator Penyuluh Kabupaten Nunukan)


Membangun Ketahanan Pangan memang amat penting, apalagi bagi masyarakat Lundayeh Krayan - Nunukan, usaha pengamanan bahan pangan menjadi kegiatan prioritas utama. Karena itu mereka telah lama punya kiat mengatasinya yaitu setiap rumah tangga wajib punya gudang penyimpanan padi yang biasa disebut "LEPO PADE" atau "Lumbung Padi" sebagai "Gudang Bulog Swadaya" yang mampu memberi jaminan kelangsungan hidup sehat, aman dan tentram bagi masing-masing keluarganya.

Bagi masyarakat Lundayeh Krayan sejak dahulu kala pangan dan upaya-upaya tentang bagaimana bisa aman terhadap tuntutan ketersediaan pangan adalah masalah besar dan mendasar, oleh sebab itu jangan heran jika di masing-masing rumah tangga punya "Gudang Bulog" dalam bentuk ”Lepo Pade”.

Sebab tanpa peduli dengan ketersediaan pangan yang cukup selama minimal setahun, berarti selama itu juga ketenangan pikiran dan ketenangan keluarga akan terusik selama setahun, bahkan kegiatan perekonomian atau kegiatan sosial lainnya bisa kocar-kacir. Bayangkan jika sampai kehabisan stok padi atau beras, sementara letak geografis Krayan yang "hanya bisa ditempuh dengan pesawat terbang” dan memakan waktu satu jam penerbangan dari Tarakan atau Nunukan.

Maka apa yang terjadi jika kehabisan stok padi/berasnya, tentu sangat besar resikonya. Nah sampai sejauh itulah masyarakat pedalaman Krayan Nunukan Kalimantan Timur yang letaknya "nun jauh di perbatasan sana" telah dituntut untuk berfikir dan bertindak lebih cermat dan siap dalam mengantisipasi keadaan ketahanan pangannya.

Masyarakat Krayan dan Ketahanan Pangan
Terkait dengan upaya membangun ketahanan pangan maka memiliki "Lepo Pade" atau Lumbung Padi sangat penting bagi masing-masing keluarga pada masyarakat Krayan. Sebagai upaya untuk menyimpan stok padi dalam jangka waktu minimal satu tahun dengan jaminan gabah atau padi yang disimpannya diharapkan mampu bertahan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Pada masa lampau upaya memiliki "Lepo Pade" bagi masyarakat Krayan merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan sebagai salah satu syarat ukuran status sosial, semakin besar dan banyak isi "Lepo Padenya" maka semakin tinggi status sosialnya. Bahkan menjadi calon menantu harus siap membangunkan sebuah "Lepo Pade" selain harus menyediakan puluhan ekor kerbau sebagai jujuran atau "maharnya" untuk persiapan rumah tangga anak dan calon menantunya

Sumber : http://www.sinartani.com/pangan/lepo-pade-gudang-bulognya-masyarakat-lundayeh-krayan-kaltim-1296460642.htm

Selasa, 08 Februari 2011

Perbaikan tata niaga beras di Krayan

Perbaikan tata niaga beras di Krayan mampu memberi nilai tambah milyaran rupiah kepada Petani

Oleh : Ir. Dian Kusumanto

Tata niaga beras di Krayan sekarang mulai terasa ada peningkatan. Peningkatan itu dirasakan oleh para petani karena dua hal, yaitu harganya yang naik dan adanya pedagang yang datang mengambil. Tidak seperti dulu, sekitar 1-2 tahun yang lalu, harga beras relative masih sangat murah dan menjualnya juga harus dilakukan sendiri-sendiri sampai ke Ba’kelalan dengan digendong.

Keadaan sebelumnya

Sebenarnya sudah lama dirasakan kenapa tata niaga beras Krayan itu seolah sulit keluar dari belenggu ketidakadilan yang tidak memihak para petaninya. Selama ini rasanya sangat sulit menembus harga jual lebih dari 13 Ringgit Malaysia (RM 13.00) untuk setiap gantang beras di pedagang Ba’kelalan Malaysia. Harganya selama ini hanya berkisar antara RM 7.00 sampai RM 13.00 per gantang beras. Selama ini kita seolah tidak berdaya dengan permainan para ‘mafia’ beras Krayan yang ada di Ba’kelalan tersebut. Karena mereka dengan seenaknya saja menetapkan harga belinya, sebab petani tidak mungkin akan membawa kembali beras yang mereka bawa ke Ba’kelalan itu.

Perilaku ‘mafia’ beras di Ba’kelalan itu semakin menjadi, manakala mereka menetapkan tarif uang pungutan hanya untuk melewati ‘gate’ yang masuk ke wilayah mereka. Bahkan tidak segan-segan untuk memotong jembatan yang biasa diseberangi oleh sarana angkutan yang ada. Hal ini sudah terjadi sekian lama, dan masih saja terjadi. Dengan demikian mereka seolah bisa memaksa para petani untuk hanya bergantung kepada mereka ini. Keadaan seperti inilah yang tidak menguntungkan bagi para petani di Krayan, sebab sebenarnya beras Krayan bisa dijual lebih tinggi lagi.

Beras Krayan yang sudah ditangan para pedagang di Ba’kelalan ini selanjutnya akan dijual lagi ke wilayah perkotaan lainnya di Malaysia, seperti di Kota Lawas, Kota Miri dan bahkan sampai ke Brunei. Di kota-kota itu beras Krayan sudah bernilai lebih tinggi lagi yaitu sekitar RM 20 sampai RM 25 bahkan lebih. Takaran yang dipakai untuk perdagangan beras di Ba’kelalan adalah gantang. Setiap satu gantang itu sama dengan sekitar 3,5 kg. Jadi sejak lama para pedagang di Ba’kelalan ini menikmati ketidakadilan tata niaga yang sangat njomplang alias tidak wajar. Mereka tekan harga serendah-rendahnya meskipun tidak masuk akal asal petani mau menjual karena terpaksa. Sepertinya mereka memainkan psikologis para petani ini menjual dalam keadaan terpaksa, sehingga harga menjadi sangat murah.

Maka harga yang selama ini ditetapkan sebenarnya harga yang dimainkan karena kelemahan psikologis para petani Krayan yang memang masih lemah baik secara kelembagaan, modal dan juga aksesnya. Tidak ada pilihan lain selain hanya kepada pedagang di Ba’kelalan ini. Boleh dikatakan kalau harga yang terjadi itu adalah ‘harga psikologis’. Sebab kalau dihitung dengan kalkulasi alur tata niaga yang adil, pedagang tidak boleh terlalu berlebih-lebihan mengambil keuntungan, sementara para petani sebagai penghasil beras sudah mengeluarkan segala daya upaya sehingga produk berupa beras itu sampai pada pedagang. Sebab tanpa ada jerih payah petani itu, pedagang beras di Ba’kelalan juga tidak mungkin bisa berbisnis dan mendapatkan penghasilan.

Keadaan seperti ini tidak boleh terjadi selamanya, harus berubah menjadi tata niaga yang lebih adil. Sebenarnya yang mempunyai produk beras itu kita sendiri, para petani di Krayan, sedangkan para pedagang itu sebenarnya sangat tergantung oleh barang dagangan itu. Tetapi selama ini keadaannya sangat terbalik 180 derajat. Para petani yang mempunyai produk yang seolah tergantung oleh para pedagang di Ba’kelalan. Keadaan ini harus dibalik, posisi tawar para petani harus lebih kuat, sehingga ada keadIlan dalam hubungan tata niaga, sehingga sama-sama menguntungkan.

Oleh karena itulah maka perlu diperjuangkan system tata niaga beras yang lebih adil sehingga para petani akan menikmati hasil usahanya dengan lebih baik lagi. Penulis memandang bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keadilan tata niaga itu adalah sebagai berikut :

1. Persatuan diantara para petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani di Krayan.

2. Tumbuh dan berkembangnya para pedagang beras

3. Persatuan para pedagang beras di Krayan untuk menghadapi pedagang di luar Krayan

4. Diperlukan peran control pemerintah untuk mengatur arus beras ke luar Krayan

5. Mengurangi ketergantungan pasar di Ba’kelalan, harus terus dicari akses ke tujuan pasar lainnya.

6. Stimulasi Pemerintah dalam permodalan yang mendukung tata niaga beras Krayan.

Keadaan sekarang

Meskipun beberapa langkah di atas belum sepenuhnya dilakukan, maka semenjak setahun terakhir ini, hasil perbaikan tata niaga yang berkeadilan ini mulai kelihatan. Sekarang sudah dirasakan harga beras di Ba’kelalan sampai RM 15.00 bahkan sampai RM 18.00. Kalau harga beras Krayan seperti ini bisa bertahan lama, atau setidaknya bisa stabil di harga rata-rata RM 15.00 per gantang, maka berarti ada peningkatan sekitar RM 5.00 dibanding keadaan sebelumnya. Itu artinya, jika selama setahun volume beras yang diperdagangkan melalui Ba’kelalan itu mencapai 2.000 ton atau sekitar 571.500 gantang, maka ada nilai tambah sekitar RM 2,857 juta atau kalau dalam rupiah senilai sekitar RP 8 milyard dalam setahun.

Rp 8 milyard dalam setahun ini nilai tambah yang tidak sedikit. Karena dengan dana sebesar itu banyak yang bisa dilakukan untuk lebih memperkuat posisi tawar para petani di Krayan.

Di bawah ini digambarkan perbandingan keadaan sekarang dan keadaan sebelumnya yaitu keadaan sebelum tahun 2010.

Tabel 1. Perkembangan Sistem Perberasan di Krayan


Perkembangan Sistem Perberasan di Krayan


dan Program LDPM Bidang Ketahanan Pangan



No.

Uraian

Sebelum LDPM

Sesudah LDPM



1.

Waktu

Sebelum Tahun 2010

Setelah Januari 2010


2.

Pelaksana LDPM

-

Gapoktan Yuvai Semaring


3.

Pelaku Distribusi Pangan

- Petani sendiri

- Pedagang Ojek


- Pedagang Ojek

- Gapoktan LDPM


4.

Pola tata niaga


~ Perilaku Pedagang Beras

Belum banyak pedagang yang membeli beras di petani.

Sudah mulai ada pedagang beras (ojek, mobil)


di Krayan




~ Perilaku Petani

Petani sering/selalu membawa/ menjual sendiri

Petani jarang/tidak ada yang membawa/ menjual sendiri




~ Perilaku Pedagang Beras

Pedagang Ba'kelalan tidak pernah membeli beras ke Krayan

Pedagang Ba'kelalan pernah/ sering membeli beras ke Krayan


Ba'kelalan




~ Peran Gapoktan

Gapoktan sudah mulai ada tetapi belum mengelola distribusi beras

Gapoktan mulai aktif dan mengelola distribusi beras





5.

Peran Pemerintah


~ Camat Krayan

-

Ada melarang beras keluar dari Krayan pada bulan-bulan tertentu





~ Pemda (SOA)

Belum dimanfaatkan untuk angkutan beras keluar Krayan

Dimanfaatkan untuk distribusi beras ke Nunukan




~ BKP3D (Dana APBN)

Belum ada Program LDPM

Ada program LDPM untuk Gapoktan Yuvai Semaring




Rp 150 juta (2009)


Rp 75 juta (2010)



Tabel 2. Perkembangan Harga Beras di Krayan dan di Ba'kelalan


Perkembangan Harga Beras Krayan Sebelum dan Sesudah

Program LDPM Bidang Ketahanan Pangan

No.

Uraian

Sebelum LDPM

Sesudah LDPM

Peningkatan

1.

Waktu

Sebelum Tahun 2010

Setelah Januari 2010

2.

Pelaksana LDPM

-

Gapoktan Yuvai Semaring

3.

Pelaku Distribusi Pangan

- Petani sendiri

- Pedagang Ojek

- Pedagang Ojek

- Gapoktan LDPM

4.

Harga Beras Tingkat Petani :

- Di Long Bawan

~ Harga terendah

Rp 90.000,-/kaleng

Rp 130.000,-/kaleng

Rp 40.000,-/kaleng

~ Harga sedang

Rp 120.000,-/kaleng

Rp 150.000,-/kaleng

Rp 30.000,-/kaleng

~ Harga tertinggi

Rp 150.000,-/kaleng

Rp 180.000,-/kaleng

Rp 30.000,-/kaleng

RATA-RATA

Rp 120.000,-/kaleng

Rp 150.000,-/kaleng

Rp 30.000,-/kaleng

5.

Harga Beras di Ba'kelalan

~ Harga terendah

RM 7.5 /gantang

RM 9.0 /gantang

RM 1.5 /gantang

~ Harga sedang

RM 10.0 /gantang

RM 15.0 /gantang

RM 6.0 /gantang

~ Harga tertinggi

RM 13.0 /gantang

RM 18.0 /gantang

RM 5.0 /gantang

RATA-RATA

RM 10.0 /gantang

RM 15.0 /gantang

RM 5.0 /gantang

6.

Nilai Pendapatan

Peningkatan

1.000 ton/tahun (Asumsi 1)

- Di Long Bawan

= 71.428 kaleng/ tahun

8,571,360,000

Rp 10,714,200,000

Rp 2,142,840,000

- Di Ba'kelalan

= 285.714 gantang/ tahun

2,857,140.00

R 4,285,710.00

R 4,285,710.00

(RM 1.00 = Rp 2.850)

8,142,849,000

Rp 12,214,273,500

Rp 4,071,424,500

2.000 ton/tahun (Asumsi 2)

- Di Long Bawan

= 142.857/ tahun

17,142,720,000

Rp 21,428,400,000.00

Rp 4,285,680,000

- Di Ba'kelalan

= 571.428 gantang/ tahun

5,714,280

R 8,571,420.00

R 4,285,710.00

(RM 1.00 = Rp 2.850)

16,285,698,000

Rp 24,428,547,000.00

Rp 8,142,849,000

7.

Sistem Perdagangan Beras

~ Ojek ke Ba'kelalan

Jumlah Ojek (Rit/hari)

30

60

30

(Rit/bulan)

900

1,800

900

(Rit/tahun)

10,800

21,600

10,800

Jumlah Beras (kg/hari)

3,000

6,000

3,000

(Kg/bulan)

90,000

180,000

90,000

(Kg/tahun)

1,080,000

2,160,000

1,080,000

Keterangan : 1 rit = 100 kg

~ Gapoktan/Koperasi

- Yuvai Semaring (LDPM)

a. Beras (kg)/tahun

-

16,505

16,505

b. Gabah (kg)/tahun

-

19,019

19,019

- Lain-lain

-

belum ada data

8.

Proyeksi Pendapatan Petani

Peningkatan

- 100 kaleng Beras/KK/tahun

(Rp/tahun/KK)

~ Harga terendah

9,000,000

13,000,000

4,000,000

~ Harga sedang

12,000,000

15,000,000

3,000,000

~ Harga tertinggi

15,000,000

18,000,000

3,000,000

RATA-RATA

12,000,000

15,000,000

3,000,000

- 150 kaleng Beras/KK/tahun

~ Harga terendah

13,500,000

19,500,000

6,000,000

~ Harga sedang

18,000,000

22,500,000

4,500,000

~ Harga tertinggi

22,500,000

27,000,000

4,500,000

RATA-RATA

18,000,000

22,500,000

4,500,000

- 200 kaleng Beras/KK/tahun

~ Harga terendah

18,000,000

26,000,000

8,000,000

~ Harga sedang

24,000,000

30,000,000

6,000,000

~ Harga tertinggi

30,000,000

36,000,000

6,000,000

RATA-RATA

24,000,000

30,000,000

6,000,000